55 NEWS – PT Agincourt Resources (PTAR), operator Tambang Emas Martabe, angkat bicara menanggapi tudingan yang menghubungkan aktivitas pertambangan mereka dengan bencana longsor dan banjir bandang yang menghancurkan wilayah Tapanuli Selatan, termasuk Desa Garoga. PTAR menilai tuduhan tersebut terlalu dini dan tidak didasarkan pada analisis mendalam.

Related Post
PTAR menegaskan bahwa bencana banjir bandang dan longsor yang melanda sejumlah wilayah tersebut lebih disebabkan oleh faktor cuaca ekstrem. Siklon Senyar, menurut perusahaan, memicu curah hujan dengan intensitas luar biasa tinggi yang melanda sebagian besar wilayah Sumatra bagian utara, termasuk kawasan Hutan Batang Toru.

Perusahaan menyatakan bahwa curah hujan ekstrem ini merupakan salah satu yang tertinggi dalam lima dekade terakhir, menyebabkan Sungai Garoga tidak mampu menampung volume air dan material yang terbawa.
"Curah hujan dengan volume yang sangat besar tersebut terjadi secara merata di seluruh Sumatra bagian utara, termasuk kawasan Hutan Batang Toru, yang merupakan hulu dari sungai-sungai utama yang mengalir di Kecamatan Batang Toru, seperti Sungai (Aek) Garoga, Aek Pahu, dan Sungai Batang Toru," jelas PTAR dalam pernyataan resminya, Sabtu (6/12/2025).
Lebih lanjut, PTAR menjelaskan bahwa banjir bandang diperparah oleh penyumbatan masif material kayu di Jembatan Garoga I dan II. Ketika sumbatan mencapai titik kritis pada 25 November sekitar pukul 10.00 WIB, dua anak Sungai Garoga bergabung menjadi satu aliran baru yang menerjang Desa Garoga. Pihak PTAR juga menyayangkan bahwa pemberitaan di 55tv.co.id terlalu cepat menyimpulkan tanpa melakukan investigasi mendalam.
Editor: Akbar soaks







Tinggalkan komentar