55 NEWS – Indonesia tengah gencar mendorong pengembangan energi hijau, dengan bioenergi sebagai salah satu pilar utama. Pemerintah menargetkan pemanfaatan 9 juta ton biomassa pada tahun 2030, sebagai langkah strategis mendukung enhanced Nationally Determined Contribution (eNDC) dan mencapai target net zero emission (NZE). Program cofiring biomassa di Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) menjadi andalan dalam upaya mengurangi emisi Gas Rumah Kaca (GRK).

Related Post
Direktur Biomassa PLN Energi Primer Indonesia (EPI), Hokkop Situngkir, menegaskan bahwa bioenergi bukan sekadar bahan bakar alternatif, melainkan sebuah ekosistem ekonomi yang melibatkan masyarakat luas. "Bioenergi bukan hanya tentang material yang dibakar, tetapi juga seluruh jejak karbon dari hulu hingga hilir. Kami berkomitmen untuk terus meningkatkan pemanfaatan biomassa secara signifikan, sesuai dengan peta jalan nasional yang tertuang dalam Permen ESDM 12/2023 dan RUPTL 2025-2034," ungkap Hokkop di Jakarta, Kamis (11/9/2025).

PLN EPI mencatat realisasi pasokan biomassa untuk cofiring PLTU mencapai 1,6 juta ton pada tahun 2024. Hokkop menambahkan bahwa peluang bisnis di sektor biomassa sangat terbuka lebar, melibatkan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), kelompok tani, serta mitra lokal. "Limbah seperti serbuk gergaji dan sekam yang dulunya hanya dibakar, kini memiliki nilai ekonomi. Ini bukan hanya tentang energi bersih, tetapi juga pemberdayaan masyarakat," jelasnya.
Namun, Hokkop mengakui bahwa tantangan utama terletak pada kestabilan pasokan, kesenjangan kapasitas pengolahan, dan harmonisasi kebijakan. "Industri bioenergi kita belum sepenuhnya terbentuk, padahal banyak limbah industri yang belum dimanfaatkan. Ke depan, konsep sub-hub, hub, dan main hub dapat menjamin kualitas sekaligus memfasilitasi produksi biomassa secara berkelanjutan," imbuhnya.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat bahwa pengembangan biomassa menjadi salah satu program prioritas menuju swasembada energi, sejalan dengan arah kebijakan nasional. Berbeda dengan energi terbarukan lainnya, bioenergi membutuhkan upaya berkelanjutan karena berbasis lahan dan sumber daya hayati. Biomassa dapat dimanfaatkan untuk cofiring di pembangkit listrik, pemakaian langsung, hingga bahan baku Sustainable Aviation Fuel (SAF), seperti yang telah diterapkan di beberapa negara. Pengembangan bioenergi diharapkan mampu memberikan dampak positif bagi lingkungan, ekonomi, dan sosial.
Editor: Akbar soaks
Tinggalkan komentar