55 NEWS – Kelangkaan beras premium di ritel modern masih menjadi teka-teki. Pengamat Pertanian, Khudori, memberikan pandangannya mengenai penyebab hilangnya beras berkualitas tinggi dari rak-rak supermarket. Menurutnya, akar masalah ini kompleks, mulai dari harga gabah yang melambung tinggi hingga kekhawatiran produsen akan jeratan hukum.

Related Post
Khudori menjelaskan bahwa produsen beras premium mengalami kerugian jika harus menjual produknya sesuai dengan Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah. "Harga gabah di pasaran tetap tinggi, sehingga produsen merugi jika menjual sesuai HET," ujarnya, Senin (22/9/2025).

Lebih lanjut, Khudori mengungkapkan bahwa penggilingan besar kesulitan mendapatkan gabah dengan harga yang sesuai dengan ketentuan pemerintah, yaitu Rp6.500 per kilogram. Kondisi ini diperparah dengan adanya surat pernyataan yang mengharuskan mereka untuk tidak membeli gabah di atas harga tersebut. "Mereka rata-rata sudah membuat surat pernyataan tidak beli gabah di atas harga Rp6.500 per kg. Hari gini mana ada harga gabah sebesar itu," tegasnya.
Selain faktor harga, Khudori juga menyoroti aspek psikologis dan regulasi yang turut memperkeruh situasi. Produsen beras premium masih dihantui ketakutan akan berurusan dengan Satgas Pangan. "Mereka masih diliputi ketakutan kalau-kalau terkena masalah tatkala berurusan dengan Satgas Pangan," ungkap Khudori. Kondisi ini membuat mereka enggan untuk menjual beras premium di ritel modern, yang pada akhirnya menyebabkan kelangkaan di pasaran.
Editor: Akbar soaks









Tinggalkan komentar