Lulusan Sarjana Banjir, Kok Masih Banyak yang Nganggur? Pengusaha Bongkar Fakta Pahit!

Lulusan Sarjana Banjir, Kok Masih Banyak yang Nganggur? Pengusaha Bongkar Fakta Pahit!

55 NEWS – Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menyoroti urgensi reformasi pendidikan untuk mendongkrak daya saing bangsa di tengah pusaran perubahan global. Kesenjangan antara dunia pendidikan dan kebutuhan riil industri menjadi sorotan tajam, tercermin dari tingginya angka pengangguran di kalangan lulusan perguruan tinggi.

COLLABMEDIANET

Shinta Widjaja Kamdani, Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Pembangunan Manusia, Kebudayaan, dan Pembangunan Berkelanjutan, mengungkapkan keprihatinannya atas fenomena ini. "Kesenjangan antara lulusan pendidikan dan kebutuhan pasar kerja masih menganga lebar. Pada tahun 2023, lebih dari 842 ribu lulusan diploma dan sarjana terpaksa menganggur. Ini adalah indikasi serius adanya competency gap," tegas Shinta, Kamis (25/9/2025).

 Lulusan Sarjana Banjir, Kok Masih Banyak yang Nganggur? Pengusaha Bongkar Fakta Pahit!
Gambar Istimewa : img.okezone.com

Lebih lanjut, Shinta mengkritik anggapan bahwa sekolah berstandar global otomatis menjamin kualitas pendidikan. Menurutnya, esensi pendidikan terletak pada kompetensi guru, relevansi kurikulum dengan kebutuhan industri, serta sistem asesmen yang kredibel dan terukur.

Rendahnya produktivitas tenaga kerja Indonesia juga menjadi perhatian serius. Data dari Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) menunjukkan bahwa produktivitas Indonesia hanya sepertiga dari rata-rata negara anggota OECD. "Kita tidak hanya butuh jumlah tenaga kerja yang besar, tetapi juga kualitas dan produktivitas yang mumpuni agar mampu bersaing di kancah global," imbuhnya.

Transformasi digital dan Revolusi Industri 4.0 menuntut keterampilan baru yang lebih kompleks. Jika sistem pendidikan tidak berbenah, jutaan pekerjaan berisiko digantikan oleh otomatisasi. "McKinsey Global Institute memprediksi bahwa pada tahun 2030, hingga 23 juta pekerjaan di Indonesia akan terotomatisasi jika tenaga kerja tidak dibekali dengan keterampilan yang relevan. Pendidikan adalah tanggung jawab kolektif, bukan hanya pemerintah, tetapi juga dunia usaha, akademisi, dan masyarakat," pungkas Shinta.

Sementara itu, Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi RI, Stella Christie, menekankan pentingnya mengarahkan perguruan tinggi di Indonesia menjadi research university. "Kita harus bisa melihat data yang menunjukkan hubungan langsung antara pendidikan tinggi dan pertumbuhan ekonomi. Universitas berbasis riset akan menghasilkan inovasi baru. Contohnya, Stanford University mampu menciptakan nilai ekonomi hingga 3 triliun dolar AS per tahun," jelas Stella.

Editor: Akbar soaks

Jika keberatan atau harus diedit baik Artikel maupun foto Silahkan Laporkan! Terima Kasih

Tags:

Ikutikami :

Tinggalkan komentar