Artikel Berita:
Related Post
55 NEWS – Bisnis stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) ritel di Indonesia tetap menjadi arena persaingan yang menarik. Beberapa pemain swasta masih bertahan dan terus berekspansi, sementara yang lain terpaksa angkat kaki karena berbagai alasan. Saat ini, merek-merek seperti Shell, BP, Vivo, dan ExxonMobil masih aktif melayani konsumen di berbagai wilayah. Namun, nama-nama seperti Total dan Petronas kini hanya tinggal kenangan.
Total Oil Indonesia, misalnya, memutuskan untuk menutup 18 SPBU-nya di wilayah Jabodetabek dan Bandung pada tahun 2021. Langkah ini diambil sebagai bagian dari strategi global perusahaan untuk melakukan manajemen portofolio secara aktif. Meskipun demikian, Total tetap berkomitmen untuk memasarkan pelumas dan produk specialty lainnya di Indonesia.
Kisah serupa dialami oleh Petronas, yang bahkan sudah lebih dulu meninggalkan pasar SPBU di Indonesia. Pada tahun 2012, Badan Pengatur Kegiatan Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) mengungkapkan bahwa penutupan 34 SPBU Petronas disebabkan oleh tertundanya kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. Petronas, yang hanya diizinkan menjual BBM nonsubsidi, kesulitan menutupi biaya operasional akibat volume penjualan yang rendah.
Di tengah dinamika pasar yang kompetitif, Shell Indonesia terus menunjukkan eksistensinya. Sebagai bagian dari Shell plc, perusahaan energi multinasional yang berpusat di Inggris dan Wales, Shell telah beroperasi di lebih dari 70 negara. Di Indonesia, Shell tidak hanya fokus pada distribusi bahan bakar, tetapi juga merambah bisnis pelumas untuk industri dan kendaraan, serta bitumen untuk kebutuhan konstruksi. Keberadaan SPBU asing seperti Shell, BP, Vivo, dan ExxonMobil memberikan alternatif bagi konsumen dan turut meramaikan persaingan di sektor ritel BBM.
Editor: Akbar soaks
Tinggalkan komentar