55 NEWS – Jakarta – Banyak yang bertanya-tanya, benarkah penggunaan token listrik lebih boros dibandingkan dengan meteran konvensional? Perbedaan mendasar antara sistem prabayar (token) dan pascabayar PLN memang kerap menjadi perdebatan di kalangan masyarakat.

Related Post
Pada sistem token listrik, pelanggan harus membeli "pulsa" atau voucher listrik terlebih dahulu sebelum dapat menikmati aliran listrik. Mirip seperti mengisi ulang pulsa handphone, pelanggan membeli sejumlah kWh (kilowatt hour) yang kemudian dapat digunakan.

Sebaliknya, pada sistem pascabayar, pelanggan bebas menggunakan listrik sepuasnya selama sebulan penuh. Barulah di akhir bulan, petugas PLN akan mencatat penggunaan listrik melalui meteran, menghitung tagihan, dan menerbitkannya kepada pelanggan.
Lantas, mitos atau fakta bahwa token listrik lebih boros? Mari kita bedah lebih dalam.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah menetapkan tarif dasar listrik per kWh untuk periode Juli-September 2025. Yang perlu dicatat, tarif listrik per kWh antara pelanggan prabayar (token) dan pascabayar sebenarnya sama, khususnya untuk kategori pelanggan rumah tangga dan bisnis.
Namun, persepsi "lebih boros" pada token listrik bisa muncul karena beberapa faktor. Pertama, pelanggan cenderung lebih sadar dan berhati-hati dalam penggunaan listrik ketika menggunakan token. Setiap kali token menipis, alarm akan berbunyi, mengingatkan pelanggan untuk segera mengisi ulang. Kesadaran ini secara tidak langsung mendorong penghematan.
Kedua, biaya administrasi atau biaya lainnya yang dikenakan saat membeli token bisa menambah pengeluaran. Meskipun tarif per kWh sama, akumulasi biaya-biaya kecil ini bisa membuat pelanggan merasa token listrik lebih mahal.
Ketiga, psikologi konsumen juga berperan. Ketika menggunakan listrik pascabayar, pelanggan cenderung kurang memperhatikan penggunaan listrik sehari-hari. Tagihan yang datang di akhir bulan seringkali menjadi kejutan yang kurang menyenangkan.
Jadi, kesimpulannya, secara tarif dasar per kWh, token listrik dan meteran pascabayar sama. Perbedaan persepsi "lebih boros" lebih dipengaruhi oleh faktor kesadaran penggunaan, biaya administrasi, dan psikologi konsumen. Pilihan terbaik tergantung pada preferensi dan gaya hidup masing-masing pelanggan.
Editor: Akbar soaks
Tinggalkan komentar