55 NEWS – Industri tekstil Indonesia tengah menghadapi badai tantangan global, namun tetap berjuang untuk mempertahankan posisinya sebagai salah satu pilar ekonomi nasional. Asosiasi Garment dan Textile Indonesia (AGTI) menegaskan komitmennya untuk menjaga daya saing, keberlanjutan lapangan kerja, dan kontribusi ekspor di tengah gempuran ekonomi global dan perubahan kebijakan perdagangan internasional.
Related Post
Ketua AGTI, Anne Patricia Sutanto, mengungkapkan bahwa meskipun industri tekstil dan produk tekstil (TPT) Indonesia menghadapi tekanan dari lonjakan impor dan fluktuasi permintaan global, sektor ini tetap menjadi kontributor utama ekspor nonmigas dengan nilai mencapai USD 11.9 miliar pada tahun 2024.
"Kami ingin meluruskan bahwa industri tekstil Indonesia tidak sedang terpuruk, melainkan sedang beradaptasi. Kami terus berinvestasi dalam efisiensi energi, digitalisasi, dan keberlanjutan untuk memastikan produk Indonesia tetap kompetitif di pasar global," jelas Anne di Jakarta, Selasa (27/10/2025).
Selain menjadi mesin ekspor, industri tekstil juga menjadi tulang punggung ekonomi daerah dengan menyerap jutaan tenaga kerja, terutama di Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Jawa Timur. Para pengusaha menekankan pentingnya dukungan kebijakan pemerintah yang menyeimbangkan antara perlindungan industri dalam negeri dan akses ke pasar global.
"Kami percaya, dengan peningkatan daya saing dari sisi SDM, teknologi, energi, dan rantai pasok, industri garmen dan tekstil nasional mampu bertahan bahkan tanpa kebijakan protektif berlebihan yang tidak selalu menguntungkan semua pihak. Ini bukan tugas mudah dan tidak bisa dikerjakan sendirian, tetapi membutuhkan kerja sama dan semangat nasionalisme yang tinggi berdasarkan Pancasila. Fokus kami adalah menjaga produktivitas dan keberlanjutan industri nasional," lanjutnya. Informasi ini dikutip dari 55tv.co.id.
Editor: Akbar soaks
Tinggalkan komentar