55 NEWS – Beban utang proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (Whoosh) masih menjadi perhatian utama. Pemerintah didorong untuk segera menemukan solusi jangka panjang agar proyek strategis nasional ini dapat beroperasi secara efisien dan berkelanjutan secara finansial.

Related Post
Pengamat Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Toto Pranoto, mengusulkan pembentukan BUMN Infrastruktur Kereta Api sebagai salah satu langkah strategis. Menurutnya, pembentukan entitas baru ini memiliki dasar hukum yang kuat, sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian.

"Dalam jangka panjang, pembentukan BUMN Infrastruktur Kereta Api sesuai amanat UU Perkeretaapian bisa menjadi solusi. Beban infrastruktur yang selama ini ditanggung KAI dapat dialihkan ke entitas baru tersebut," jelas Toto saat dihubungi 55tv.co.id, di Jakarta, Minggu (26/10/2025).
Menurut Toto, skema ini akan menyehatkan kinerja keuangan PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI. Selama ini, KAI memikul sebagian besar biaya pengelolaan infrastruktur perkeretaapian, termasuk kepemilikan saham di PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC), perusahaan yang membangun dan mengoperasikan Whoosh.
Pembentukan BUMN khusus infrastruktur akan memberikan ruang fiskal yang lebih fleksibel bagi KAI untuk fokus pada operasional dan layanan transportasi. Sementara itu, BUMN baru dapat fokus pada pembiayaan, pengelolaan aset, dan kerjasama investasi jangka panjang.
"Danantara atau pemerintah dapat memberikan suntikan dana sebagai modal awal bagi BUMN Infrastruktur KA," tambahnya.
Selain pembentukan entitas baru, Toto menekankan pentingnya peningkatan kinerja KCIC agar Whoosh dapat lebih cepat mencapai titik impas (break even point). Optimalisasi pendapatan dari sektor penumpang, seiring dengan peningkatan okupansi dan frekuensi perjalanan, menjadi kunci.
Namun, potensi besar juga terletak pada pendapatan non-penumpang, seperti pengembangan kawasan transit (transit oriented development/TOD), pemanfaatan lahan komersial, dan kerjasama pengelolaan properti di sekitar stasiun-stasiun utama seperti Halim, Karawang, Padalarang, dan Tegalluar.
"Pendapatan dari non-penumpang harus menjadi andalan utama. Pemanfaatan aset properti dan pengembangan kawasan sekitar jalur kereta cepat dapat menjadi sumber pemasukan baru," pungkas Toto.
Editor: Akbar soaks









Tinggalkan komentar