55 NEWS – Di tengah upaya global untuk memastikan akses vaksin yang merata, Indonesia membuka tabir strategi cerdasnya dalam menekan biaya pengadaan vaksin. Pemerintah Indonesia menerapkan serangkaian mekanisme pendanaan inovatif untuk memastikan ketersediaan vaksin dengan harga yang terjangkau, tanpa mengorbankan kualitas dan efisiensi.

Related Post
Direktur Manajemen dan Pelayanan Kefarmasian Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Agusdini Banun Saptaningsih, menjelaskan bahwa Indonesia mengadopsi prinsip serupa dengan Pan American Health Organization (PAHO) dalam memprioritaskan pendanaan kesehatan, termasuk untuk vaksin. Salah satu langkah kunci adalah pengadaan vaksin terpusat yang bekerja sama dengan divisi pasokan UNICEF. Langkah ini bertujuan untuk menstabilkan pasokan nasional dan mencapai daya saing harga yang optimal.

"Kemenkes melakukan pengadaan vaksin terpusat yang bekerja sama dengan divisi pasokan UNICEF, demi memastikan stabilitas pasokan nasional dan daya saing harga," ujar Agusdini.
Selain itu, Indonesia juga menerapkan kontrak multi-pemasok dan mekanisme e-katalog sebagai bentuk kontrak kelompok. Hal ini membuka peluang bagi produsen vaksin nasional, seperti Bio Farma, serta produsen vaksin lainnya untuk berpartisipasi dalam pengadaan. Langkah ini sejalan dengan tujuan transformasi kesehatan nasional, meningkatkan ketahanan rantai pasok, dan mendorong produksi lokal untuk memastikan keberlanjutan.
Agusdini mencontohkan pengadaan Inactivated Poliovirus Vaccine (IPV) yang dibiayai melalui hibah. Pengadaan ini dilakukan sesuai dengan peraturan pengadaan umum nasional yang mewajibkan prioritas pada produk yang diproduksi secara lokal dan memenuhi standar Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN).
Indonesia juga memanfaatkan program pasar lanjutan yang melihat dari model UNICEF hingga Integrated Marketing Communication (IMC) atau Komunikasi Pemasaran Terpadu. Berkat strategi ini, Indonesia memenuhi syarat untuk mendapatkan vaksin PCV dengan harga Low and Middle Income Countries (LMIC) atau negara berpenghasilan rendah dan menengah, yaitu USD2,80 per dosis atau sekitar Rp46 ribu. Harga ini jauh lebih rendah dibandingkan harga normal vaksin PCV yang mencapai USD21,20 atau sekitar Rp352 ribu per dosis.
"Namun, kami berharap IMC dapat membeli vaksin PCV dari produk lokal, dari produk kami, karena tiga industri di Indonesia sekarang dapat memproduksi vaksin PCV," kata Agusdini.
Lebih lanjut, Agusdini menyoroti pentingnya program pembiayaan sumber daya. Bank Dunia telah menyetujui pinjaman sebesar USD300 juta (Rp4 triliun) untuk program penanggulangan tuberkulosis di Indonesia. Ini menunjukkan komitmen pemerintah dalam memastikan ketersediaan sumber daya yang memadai untuk mengatasi berbagai tantangan kesehatan.
Dengan strategi pendanaan yang inovatif dan komitmen yang kuat, Indonesia terus berupaya untuk memastikan akses vaksin yang terjangkau dan merata bagi seluruh masyarakat.
Editor: Akbar soaks









Tinggalkan komentar