Geger! Bos Bank Raksasa Dipanggil Menkeu, Ada Apa dengan Ekonomi RI?

Geger! Bos Bank Raksasa Dipanggil Menkeu, Ada Apa dengan Ekonomi RI?

55 NEWS – Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa baru-baru ini bertemu dengan sejumlah direktur utama bank swasta terkemuka, baik asing maupun domestik, di kantor Direktorat Jenderal Pajak (DJP). Pertemuan ini sontak memicu spekulasi di kalangan pelaku pasar dan pengamat ekonomi. Namun, Purbaya menegaskan bahwa kehadiran para bankir tersebut adalah dalam kapasitas mereka sebagai investor utama surat utang negara (SUN) atau obligasi pemerintah.

COLLABMEDIANET

Dalam pertemuan tersebut, Purbaya menyampaikan komitmennya untuk menjaga disiplin fiskal dan memastikan kebijakan ekonomi yang terukur, terutama terkait dengan pengelolaan defisit anggaran dan rasio utang. Ia meyakinkan para investor bahwa pemerintah tidak akan mengambil langkah-langkah ceroboh yang dapat menggoyahkan stabilitas ekonomi.

 Geger! Bos Bank Raksasa Dipanggil Menkeu, Ada Apa dengan Ekonomi RI?
Gambar Istimewa : img.okezone.com

"Mereka adalah investor dari obligasi kita. Mereka ingin tahu bagaimana saya mengelola ekonomi ke depan, apakah ngaco atau tidak," ujar Purbaya usai acara Investor Meeting di DJP, Senin (13/10/2025).

Beberapa nama besar di industri perbankan terlihat hadir dalam pertemuan tersebut, antara lain Presiden Direktur BCA, Gregory Hendra Lembong; Presiden Direktur Maybank Indonesia, Steffano Ridwan; dan CEO Citibank Indonesia, Batara Sianturi. Kehadiran mereka menunjukkan betapa pentingnya peran bank swasta dalam mendukung pembiayaan negara melalui investasi di SUN.

Purbaya menjelaskan kepada para investor bahwa program pemerintah saat ini, yaitu memindahkan dana dari Bank Indonesia (BI) ke bank Himbara, bukanlah bentuk ekspansi fiskal yang berlebihan, melainkan hanya bagian dari manajemen kas (cash management) yang lebih efisien.

"Pesan saya ke mereka adalah, mereka melihat fiscal expansion. Saya bilang saya belum ekspansi apa-apa. Yang dibahas dulu adalah uang saya di BI saya pindahkan saja. Fiskalnya belum dibuka, belum diekspansi. Ini hanya cash management," tegasnya. Penjelasan ini diharapkan dapat meredakan kekhawatiran para investor terkait potensi peningkatan utang pemerintah dan dampaknya terhadap stabilitas ekonomi.

Editor: Akbar soaks

Jika keberatan atau harus diedit baik Artikel maupun foto Silahkan Laporkan! Terima Kasih

Tags:

Ikutikami :

Tinggalkan komentar