55 NEWS – Industri penerbangan Indonesia tengah menghadapi tantangan serius yang membuat para investor global berpikir dua kali untuk menanamkan modalnya. Andi Fahrurrozi, Ketua Umum Indonesia Aircraft Maintenance Services Association (IAMSA) sekaligus Direktur Utama PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia Tbk (GMFI), mengungkapkan bahwa banyak calon investor yang urung berinvestasi di sektor Maintenance, Repair, and Overhaul (MRO) pesawat di Indonesia.

Related Post
Alasan utama yang membuat investor asing kabur adalah masalah klasik: pajak dan bea masuk. Pungutan-pungutan ini dinilai memberatkan dan membuat iklim investasi di industri penerbangan Indonesia menjadi kurang menarik.

"Dari luar itu (investor) sudah banyak yang menunggu. Cuma tadi masalah regulasinya kita tunggu. Karena investor selama ini tidak jadi masuk karena masalah seperti perpajakan, bea masuk, dan lainnya," ujar Andi di Jakarta, Selasa (14/10/2025).
Kondisi ini semakin memperburuk kemampuan industri dalam negeri untuk melakukan perbaikan mesin pesawat dan komponen. Perkembangan teknologi pesawat terbang yang pesat tidak mampu diimbangi oleh kapasitas industri di dalam negeri.
Andi Fahrurrozi memprediksi, dalam lima tahun ke depan, 100 persen perbaikan mesin pesawat akan dilakukan di luar negeri. Saat ini, 70 persen perbaikan pesawat sudah dilakukan di luar negeri karena keterbatasan kapasitas di dalam negeri. Jika masalah ini tidak segera diatasi, industri penerbangan Indonesia akan semakin bergantung pada pihak asing. Pemerintah perlu segera mengambil langkah-langkah strategis untuk menarik kembali minat investor dan meningkatkan daya saing industri penerbangan nasional.
Editor: Akbar soaks
Tinggalkan komentar