55 NEWS – Pemerintah Indonesia kembali meluncurkan jurus pamungkas untuk menjaga stabilitas ekonomi di tengah ketidakpastian global. Paket stimulus ekonomi 8+4+5 digadang-gadang menjadi amunisi ampuh untuk menjaga daya beli masyarakat dan menciptakan lapangan kerja berkelanjutan. Program ini meliputi bantuan pangan, proyek padat karya, hingga insentif fiskal yang diharapkan mampu menggerakkan roda perekonomian.

Related Post
Andry Asmoro, Chief Economist Bank Mandiri, melihat optimisme dari stimulus ini. Menurutnya, skema ini akan memberikan dorongan signifikan terhadap konsumsi rumah tangga dalam jangka pendek. "Stimulus 8+4+5 diperkirakan mendorong konsumsi jangka pendek sekaligus memperluas penciptaan lapangan kerja yang lebih berkelanjutan. Bantuan pangan, padat karya, dan insentif fiskal akan menjaga daya beli, terutama pada kelompok rentan," ujarnya.

Lebih lanjut, pemerintah juga menaruh perhatian pada sektor-sektor strategis untuk jangka menengah. Sektor perumahan, perikanan, dan perkebunan menjadi fokus utama untuk meningkatkan kapasitas produksi, memperluas nilai tambah industri, dan memperkuat daya saing ekspor. Langkah ini diharapkan dapat menciptakan efek domino positif bagi pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.
Namun demikian, pemerintah juga menyadari pentingnya menjaga disiplin fiskal. Di tengah kebijakan yang cenderung ekspansif, komitmen untuk menjaga defisit anggaran di bawah 3% dari Produk Domestik Bruto (PDB) tetap menjadi prioritas utama. Hal ini menunjukkan kehati-hatian pemerintah dalam mengelola keuangan negara agar stimulus yang diberikan tidak justru menjadi bumerang di kemudian hari.
Helmy Kristanto, Chief Economist dan Head of Fixed Income Research BRI Danareksa Sekuritas, menambahkan bahwa skema stimulus ini merupakan langkah kontra-siklus ekonomi yang tepat. Di saat banyak negara di dunia menghadapi ancaman resesi, Indonesia justru berupaya untuk memperkuat fundamental ekonomi dan menjaga momentum pertumbuhan.
Editor: Akbar soaks
Tinggalkan komentar