55 NEWS – Fasilitas Penyimpanan dan Regasifikasi Terapung (FSRU) Lampung kembali menjadi sorotan setelah menerima kargo Liquefied Natural Gas (LNG) sebesar ±132.800 m³ dari Lapangan Tangguh, Papua. Kedatangan "emas cair" ini memicu pertanyaan: bagaimana dampaknya bagi pasokan listrik dan stabilitas energi di wilayah Sumatera dan Jawa?

Related Post
Penerimaan LNG yang dilakukan melalui proses Ship-to-Ship Transfer (STS) oleh PT PGN LNG Indonesia (PLI), anak usaha PGN, pada 27-29 Oktober 2025 lalu, menandai penerimaan kargo ke-19 sepanjang tahun ini. Direktur Utama PLI, Nofrizal, menegaskan komitmen perusahaan untuk menjaga keandalan operasi LNG di FSRU Lampung, terutama dalam memenuhi pasokan gas bagi sektor kelistrikan.

Optimalisasi FSRU Lampung sebagai infrastruktur vital menjadi kunci dalam meningkatkan pemanfaatan LNG domestik. Infrastruktur beyond pipeline ini membuktikan kapabilitas perusahaan dalam mengelola infrastruktur LNG dan memperkuat posisinya dalam distribusi gas bumi nasional.
Sepanjang tahun 2025, FSRU Lampung telah menyalurkan LNG dengan volume mencapai 53.496.916,60 MMBTU atau setara dengan 175.97 BBTUD. Pasokan LNG ini menjadi elemen penting dalam memenuhi kebutuhan energi di sektor industri dan pembangkit listrik, khususnya di wilayah Sumatera Selatan dan Jawa Bagian Barat.
Dengan penerimaan kargo LNG ini, diharapkan stabilitas pasokan listrik dapat terjaga, mendukung aktivitas ekonomi dan kebutuhan masyarakat. Namun, tantangan ke depan adalah bagaimana mengelola dan mendistribusikan LNG secara efisien dan berkelanjutan, serta memastikan harga yang terjangkau bagi konsumen.
Editor: Akbar soaks









Tinggalkan komentar