55 NEWS – Industri barang konsumen di Indonesia menghadapi tantangan besar untuk menerapkan praktik bisnis berkelanjutan. Transformasi menyeluruh diperlukan untuk meminimalisir dampak lingkungan di sepanjang rantai nilai perusahaan. Bagi perusahaan fast moving consumer goods (FMCG), pengelolaan sampah plastik kemasan menjadi krusial, dengan tiga prinsip utama yang perlu diimplementasikan.
Related Post
Unilever Indonesia, sebagai salah satu pemain utama di industri ini, menerapkan pendekatan less plastic, better plastic, dan no plastic. "Kami tidak hanya mengurangi jumlah plastik dalam kemasan, tetapi juga memilih jenis plastik yang mudah didaur ulang dan mengembangkan sistem isi ulang di berbagai wilayah," jelas Maya Tamimi, Head of Division Environment & Sustainability Unilever Indonesia Foundation, pada Selasa (16/9/2025).
Upaya pengurangan penggunaan plastik baru (virgin plastic) terus digencarkan. Peningkatan penggunaan plastik daur ulang (post-consumer recycled/PCR) dalam kemasan menjadi prioritas, bersamaan dengan pengembangan kemasan yang dapat didaur ulang, digunakan kembali, atau bahkan diurai menjadi kompos.
Komitmen Unilever tidak berhenti di situ. Mereka menargetkan untuk mengumpulkan dan memproses lebih banyak sampah plastik kemasan daripada yang mereka gunakan untuk menjual produk. Inisiatif zero waste landfill telah diimplementasikan sejak 2015, memastikan tidak ada sampah operasional yang berakhir di Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
Sejak tahun 2024, Unilever secara global mengumumkan empat pilar keberlanjutan, yaitu: iklim (mencapai Net Zero Emission/NZE), alam (mendukung ekosistem melalui pertanian regeneratif), plastik (mengakhiri limbah plastik), dan mata pencaharian (mewujudkan standar upah yang layak di seluruh rantai nilai). Dengan langkah-langkah ini, Unilever berharap dapat menjadi contoh bagi industri lain dalam menciptakan bisnis yang berkelanjutan dan bertanggung jawab terhadap lingkungan.
Editor: Akbar soaks
Tinggalkan komentar