55 NEWS – Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa kembali menyoroti kinerja PT Pertamina (Persero) terkait lambatnya pembangunan kilang minyak baru di Indonesia. Kritik ini muncul di tengah perdebatan mengenai pembayaran subsidi dan kompensasi energi kepada perusahaan pelat merah tersebut. Purbaya menegaskan bahwa akar masalah pembengkakan subsidi energi adalah ketergantungan Indonesia pada impor Bahan Bakar Minyak (BBM), khususnya solar dan diesel, yang mencapai puluhan miliar dolar setiap tahunnya.
Related Post
Purbaya mempertanyakan komitmen Pertamina dalam merealisasikan pembangunan kilang baru selama beberapa dekade terakhir. Ia secara terbuka menyindir BUMN energi tersebut, menyoroti bahwa Indonesia belum membangun kilang baru sejak krisis ekonomi melanda. "Kita banyak impornya, sampai puluhan miliar dolar setahun. Sudah berapa tahun kita mengalami hal tersebut? Sudah puluhan tahun kan. Kita pernah bangun kilang baru nggak? Nggak pernah. Sejak krisis sampai sekarang nggak pernah bangun kilang baru," ungkap Purbaya.
Lebih lanjut, Menkeu meminta dukungan dari anggota dewan untuk turut menekan Pertamina agar segera merealisasikan proyek pembangunan kilang. Purbaya mengungkapkan pengalamannya saat menjabat sebagai Deputi di Kemenko Marves (Mei 2018 hingga September 2020), di mana ia juga telah mendorong Pertamina untuk membangun kilang.
"Waktu saya di Maritim, saya pernah tekan mereka tahun 2018 untuk bangun kilang. Mereka janji akan bangun tujuh kilang baru dalam waktu lima tahun. Sampai sekarang kan nggak ada satupun. Jadi Bapak tolong kontrol mereka juga," pintanya. Pernyataan ini mengindikasikan kekecewaan Purbaya terhadap realisasi janji Pertamina terkait pembangunan kilang.
Kritik keras dari Menkeu ini menyoroti urgensi pembangunan kilang baru di Indonesia untuk mengurangi ketergantungan impor BBM dan menekan beban subsidi energi yang terus membengkak. Hal ini menjadi tantangan besar bagi Pertamina untuk membuktikan komitmennya dalam mewujudkan ketahanan energi nasional.
Editor: Akbar soaks
Tinggalkan komentar