55 NEWS – Gejolak di dunia transportasi online kembali terjadi. Aksi demonstrasi pengemudi Grab yang meluas ke berbagai kota di Indonesia, mulai dari Cirebon hingga Kupang, menyoroti polemik layanan Grab Hemat. Serikat Pekerja Angkutan Indonesia (SPAI) pun angkat bicara, mendesak Grab untuk segera menghapus program yang dianggap merugikan para mitranya. Situasi ini mengancam stabilitas ekonomi para pengemudi dan menimbulkan pertanyaan besar tentang praktik bisnis platform digital raksasa tersebut.
Related Post
Ketua SPAI, Lily Pujiati, dengan tegas menyatakan penolakan terhadap skema Grab Hemat. Menurutnya, program ini menciptakan diskriminasi yang tajam di antara para pengemudi. "SPAI menuntut penghapusan program atau skema orderan diskriminatif ini," tegas Lily dalam keterangannya kepada 55tv.co.id, Sabtu (19/4/2025).
Lily menjelaskan, Grab Hemat memberikan prioritas orderan kepada pengemudi yang bergabung dalam skema tersebut, secara tidak langsung membuat pengemudi lain kekurangan orderan. Lebih lanjut, ia mengungkapkan adanya potongan pendapatan yang signifikan. "Awalnya, potongan mencapai Rp2.000 untuk 2-5 orderan, dan naik menjadi Rp3.000 untuk 6 orderan atau lebih. Namun, di April ini, potongan melonjak drastis hingga Rp20.000 untuk 10 orderan atau lebih!" ujarnya dengan nada geram.
Kenaikan biaya ini, menurut Lily, sangat memberatkan para pengemudi yang sudah berjuang keras di tengah tekanan ekonomi. Demo yang terjadi di berbagai kota tersebut merupakan bukti nyata keresahan dan kemarahan para mitra Grab yang merasa dirugikan oleh kebijakan ini. Aksi ini menjadi peringatan keras bagi perusahaan aplikasi transportasi online untuk lebih memperhatikan kesejahteraan para mitranya. Ke depan, perlu adanya dialog konstruktif antara pihak Grab dan SPAI untuk mencari solusi yang adil dan berkelanjutan bagi semua pihak. Apakah Grab akan mendengarkan tuntutan para pengemudi dan menghapus program Grab Hemat? Kita tunggu saja perkembangan selanjutnya.
Editor: Akbar Soaks
Tinggalkan komentar