55 NEWS – Dunia ekonomi Indonesia berduka atas kepergian Arif Budimanta, seorang ekonom visioner yang dikenal sebagai penggagas Pancasilanomics. Arif Budimanta menghembuskan nafas terakhir pada Sabtu (6/9/2025), meninggalkan jejak pemikiran mendalam yang relevan bagi pembangunan ekonomi bangsa.
Related Post
Arif Budimanta bukan hanya seorang ekonom, tetapi juga seorang intelektual, aktivis, dan politisi. Ia pernah mengemban amanah sebagai Staf Khusus Presiden Bidang Ekonomi di era Presiden Joko Widodo, serta menjabat sebagai Wakil Ketua Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN).
Ekonom Senior Indef, Didik J Rachbini, mengenang Arif Budimanta sebagai sosok yang multidimensional. "Arif adalah adik kelas saya di IPB. Ia adalah aktivis, akademisi, dan politisi yang berkiprah di PDIP," ungkap Didik. Arif juga pernah menjadi anggota DPR RI periode 2009-2014 dan aktif di Megawati Institute, think tank dari PDIP.
Pemikiran Arif Budimanta banyak tertuang dalam buku dan artikel yang membahas isu-isu krusial seperti ketimpangan, UMKM, investasi, dan keberlanjutan. Salah satu karya monumentalnya adalah "Pancasilanomics: Ekonomi Pancasila dalam Gerak" (2019). Buku ini mengupas tuntas bagaimana nilai-nilai Pancasila dapat menjadi fondasi bagi sistem ekonomi Indonesia yang adil, inklusif, dan berdaulat. Selain itu, ia juga menulis buku "Arsitektur Ekonomi Indonesia" yang mengkritisi arah pembangunan yang dianggap terlalu liberal dan menawarkan desain ekonomi berbasis konstitusi, khususnya Pasal 33 UUD 1945.
Meskipun aktif di PDIP, Arif Budimanta dikenal sebagai sosok yang independen dan kritis. Ia aktif memotori Megawati Institute sebagai Direktur Eksekutif sejak 2008, menyumbangkan pemikiran-pemikiran ekonomi yang konstruktif, dan menginisiasi diskusi-diskusi penting, termasuk gagasan Pancasilanomics. Warisan pemikiran Arif Budimanta akan terus relevan sebagai panduan dalam membangun ekonomi Indonesia yang berkeadilan dan berkelanjutan.
Editor: Akbar soaks
Tinggalkan komentar