55 NEWS – Fenomena menarik kembali menggeliat di tengah masyarakat kelas menengah Indonesia. Alih-alih terus mengandalkan asuransi swasta, kini semakin banyak yang memilih kembali memanfaatkan layanan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan. Hal ini memicu pertanyaan besar: Apa yang sebenarnya terjadi?
Related Post
Dewi Muliaty, Direktur Utama PT Prodia Widyahusada Tbk (PRDA), mengamini tren ini. Menurutnya, pergeseran preferensi ini cukup signifikan, di mana sebelumnya kelas menengah cenderung memilih fasilitas kesehatan swasta.
Ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), M Rizal Taufikurahman, menjelaskan fenomena ini dari sudut pandang yang lebih luas. Menurutnya, kembalinya kelas menengah ke BPJS Kesehatan bukan sekadar persoalan daya beli yang tertekan, melainkan kombinasi dari faktor ekonomi, kebijakan pemerintah, dan perubahan preferensi yang mendasar.
"Tekanan biaya hidup yang semakin tinggi membuat premi asuransi swasta terasa semakin berat. Sementara itu, Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) menawarkan cakupan yang luas dengan biaya yang relatif terjangkau," ujar Rizal.
Lebih lanjut, Rizal menyoroti upaya pemerintah dalam meningkatkan kualitas layanan BPJS Kesehatan. Digitalisasi, perluasan jaringan fasilitas kesehatan, hingga penerapan Kelas Rawat Inap Standar (KRIS) yang menyeragamkan standar pelayanan, menjadi daya tarik tersendiri. "Situasi ini membuat kelas menengah melihat JKN bukan lagi sebagai pilihan darurat, melainkan sebagai instrumen utama pembiayaan kesehatan," tegasnya.
Rizal menambahkan, fenomena ini mengindikasikan adanya perubahan struktural dalam sistem layanan kesehatan nasional. Peningkatan pemanfaatan JKN, kenaikan klaim, dan konsistensi kepesertaan aktif, menunjukkan bahwa JKN semakin menjadi andalan utama masyarakat dalam mengakses layanan kesehatan.
Editor: Akbar soaks
Tinggalkan komentar