55 NEWS – Mantan Menparekraf Sandiaga Uno memberikan bocoran strategi jitu menghadapi ancaman tarif impor dari Amerika Serikat (AS) yang mencapai 32%. Ancaman ini tentu saja menjadi sorotan mengingat dampaknya yang signifikan terhadap perekonomian Indonesia. Dalam sebuah forum diskusi di Jakarta Selatan, Selasa (15/4/2025), Sandiaga memaparkan tiga langkah kunci yang perlu diambil pemerintah untuk menghadapi kebijakan proteksionis AS tersebut. Informasi ini didapat 55tv.co.id dari berbagai sumber.

Related Post
Pertama, Sandiaga menekankan pentingnya menyelamatkan industri padat karya, seperti tekstil, alas kaki, dan perikanan, melalui diplomasi tingkat tinggi dengan otoritas AS. Langkah ini krusial untuk meminimalisir dampak negatif tarif impor terhadap sektor-sektor yang menyerap banyak tenaga kerja. Diplomasi yang efektif, menurut Sandiaga, harus mampu melindungi industri-industri vital tersebut dari gempuran tarif impor AS.

Kedua, Sandiaga menyarankan pemerintah untuk melakukan diversifikasi pasar ekspor. Ketergantungan pada satu pasar, khususnya AS, dinilai berisiko tinggi. Oleh karena itu, Indonesia perlu aktif membidik pasar-pasar non-tradisional di benua Afrika, Timur Tengah, dan negara-negara Asia lainnya. Strategi ini akan mengurangi ketergantungan pada AS dan memperkuat ketahanan ekonomi nasional.
Ketiga, Sandiaga mendorong pemerintah untuk menggenjot investasi asing yang bernilai tambah bagi perekonomian nasional. Hilirisasi, misalnya, menjadi salah satu sektor yang perlu didorong untuk meningkatkan nilai tambah produk ekspor Indonesia dan mengurangi ketergantungan pada ekspor bahan mentah. Investasi yang tepat sasaran akan memperkuat daya saing Indonesia di pasar global.
Sandiaga menegaskan, Indonesia tidak punya pilihan lain selain bernegosiasi dan berdiplomasi dengan AS. Tim ekonomi pemerintah yang akan ditugaskan harus mampu memastikan industri padat karya dan perikanan tetap terlindungi dari dampak negatif tarif impor. Ketiga strategi ini, jika dijalankan secara terintegrasi, diyakini mampu meminimalisir dampak negatif dan bahkan membuka peluang baru bagi perekonomian Indonesia.
Editor: Akbar soaks
Tinggalkan komentar