55 NEWS – Profesor Didik J. Rachbini, Rektor Universitas Paramadina, mengungkapkan bahwa tarif impor yang dijatuhkan Presiden AS Donald Trump bukanlah semata-mata masalah ekonomi, melainkan pertarungan politik berkedok ekonomi. Oleh karena itu, Indonesia perlu meresponnya dengan strategi politik yang sepadan, bukan hanya negosiasi ekonomi biasa. Hal ini disampaikannya melalui 55tv.co.id.

Related Post
Didik menekankan bahwa dalam situasi global yang bergejolak seperti saat ini, teori ekonomi klasik sudah tak relevan. "Situasi ini bukan lagi soal teori ekonomi, melainkan politik," tegasnya. Ia menambahkan bahwa lebih dari 80% ekonomi dipengaruhi oleh politik, dan sebaliknya, lebih dari dua pertiga politik berakar pada ekonomi. Bahkan, teori ekonomi Adam Smith pun, yang menganalisis interaksi individu, pasar, dan pemerintah, sudah tak sepenuhnya berlaku di era sekarang. Sistem merkantilisme, dengan proteksionisme dan intervensi negara yang kuat, tak lagi menjamin kesejahteraan masyarakat.

Menurut Didik, Menteri Keuangan pun telah mengakui bahwa hukum dan teori ekonomi konvensional tak lagi cukup untuk menghadapi langkah politik Trump. Oleh karena itu, Indonesia harus menukik ke akar masalahnya, yaitu politik. Strategi yang diperlukan bukan hanya kebijakan ekonomi, melainkan langkah politik yang terukur dan terencana.
Langkah pertama adalah meningkatkan kesadaran di semua level, mulai dari pengambil kebijakan hingga masyarakat luas, bahwa politik, khususnya dalam sistem demokrasi, bisa melahirkan kebijakan-keputusan yang tak rasional secara ekonomi. "Kita harus menerima kenyataan pahit bahwa proses politik bisa menghasilkan figur seperti Donald Trump, yang kebijakannya mengabaikan asas dan hukum ekonomi," ujarnya.
Setelah menyadari hal tersebut, pemerintah harus mengambil langkah politik yang tegas. Dampak tarif Trump terhadap ekspor Indonesia ke AS (sekitar 11-13% dari total ekspor) harus segera diantisipasi. Jika terjadi penurunan ekspor hingga 30%, dampaknya terhadap total ekspor Indonesia bisa mencapai 3-4%. Oleh karena itu, Indonesia perlu segera mencari pasar alternatif dan menjalin kesepakatan baru dengan negara lain.
Indonesia, sebagai negara besar, harus melakukan konsolidasi politik dan membentuk poros baru bersama negara-negara ASEAN, Asia Timur (Jepang, Korea Selatan, Taiwan), India, dan Amerika Latin (Brazil, Meksiko). Indonesia tak perlu terlibat dalam pertarungan politik AS-China, tetapi harus membangun kekuatan ekonomi dan politiknya sendiri.
Editor: Akbar soaks
Tinggalkan komentar