55 NEWS – Data terbaru yang dirilis menunjukkan penurunan drastis Indeks Manajer Pembelian (PMI) Manufaktur Indonesia pada April 2025, mencapai angka 46,7. Angka ini bukan hanya menandai kontraksi sektor manufaktur, tetapi juga menjadi yang terburuk di antara negara-negara ASEAN. Kondisi ini memicu kekhawatiran akan kesehatan ekonomi Indonesia dan menimbulkan pertanyaan besar: apakah kita menuju jurang resesi?

Related Post
Penurunan signifikan sebesar 5,7 poin dibandingkan bulan Maret (52,4) menunjukkan penurunan kepercayaan diri pelaku industri manufaktur dalam negeri. Menurut laporan S&P Global, kontraksi ini dipicu oleh penurunan tajam penjualan dan output. Kondisi ini diperparah dengan pengurangan pembelian bahan baku, tenaga kerja, serta stok input dan barang jadi oleh perusahaan manufaktur.

Usamah Bhatti dari S&P Global Market Intelligence menyatakan, "Ini kontraksi pertama dalam lima bulan di tengah penurunan tajam pada penjualan dan output. Selain itu, penurunan tajam sejak Agustus 2021." Ia menambahkan, perkiraan jangka pendek masih suram karena perusahaan fokus menyelesaikan pekerjaan yang tertunda akibat minimnya penjualan. Kondisi ini diperkirakan akan berlanjut beberapa bulan ke depan.
Kondisi ini berbanding terbalik dengan beberapa negara ASEAN lainnya. Filipina, misalnya, masih berada di fase ekspansif. Hal ini dikaitkan dengan dampak kebijakan tarif AS yang minim dan kebijakan perlindungan pasar dalam negeri yang lebih afirmatif. Sementara itu, negara-negara lain seperti Thailand (49,5), Malaysia (48,6), dan lainnya juga mengalami kontraksi, namun tidak separah Indonesia.
Juru Bicara Kementerian Perindustrian, Febri Hendri Antoni Arief, mengakui penurunan yang signifikan ini. Ia menekankan bahwa penurunan PMI manufaktur mencerminkan menurunnya optimisme dan kepercayaan diri pelaku industri di tengah ketidakpastian global. Febri menambahkan bahwa hasil survei PMI manufaktur menunjukkan tekanan psikologis pada persepsi pelaku usaha, yang dihadapkan pada perang tarif global dan membanjirnya produk impor di pasar domestik.
Anjloknya PMI Manufaktur Indonesia menjadi sinyal peringatan serius bagi pemerintah. Langkah-langkah strategis dan terukur perlu segera diambil untuk membangkitkan kembali sektor manufaktur dan mencegah dampak negatif yang lebih luas terhadap perekonomian nasional. Pertanyaan besarnya kini adalah: apakah pemerintah memiliki solusi efektif untuk mengatasi krisis ini dan mencegah Indonesia terjerumus lebih dalam?
Editor: Akbar soaks
Tinggalkan komentar