55 NEWS – PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI) kini tengah harap-harap cemas menanti kepastian pembayaran utang proyek LRT Jabodebek Tahap I dari PT Kereta Api Indonesia (KAI) yang mencapai angka fantastis, Rp2,2 triliun. Dana sebesar itu sangat krusial bagi kelangsungan operasional dan investasi perusahaan konstruksi pelat merah tersebut.

Related Post
Direktur Utama ADHI, Entus Asnawi Mukhson, mengungkapkan bahwa total biaya pembangunan proyek LRT Jabodebek membengkak hingga Rp25,5 triliun. Ironisnya, KAI baru membayarkan sekitar Rp23,3 triliun, meninggalkan ADHI dengan tagihan piutang yang belum terselesaikan.

"Kami sudah mendapatkan penegasan dari Kementerian Keuangan bahwa pembayaran akan dilakukan melalui KAI, baik melalui skema PMN atau skema subsidi ke KAI," ujar Entus dalam konferensi pers virtual, Senin (8/9/2025). Pernyataan ini sedikit memberikan angin segar bagi ADHI, namun kepastian waktu pencairan dana masih menjadi tanda tanya besar.
Saat ini, proses pengajuan Penyertaan Modal Negara (PMN) atau skema subsidi untuk KAI masih dalam tahap pengkajian oleh pemerintah. Entus belum dapat memberikan kepastian kapan pelunasan utang proyek LRT ini akan terealisasi. Ketidakpastian ini tentu menimbulkan kekhawatiran di kalangan investor dan pemangku kepentingan ADHI.
Keterlambatan pembayaran utang ini dapat berdampak signifikan terhadap kinerja keuangan ADHI. Perusahaan berpotensi mengalami gangguan arus kas, penundaan investasi, bahkan penurunan laba bersih. Oleh karena itu, ADHI berharap pemerintah dapat segera mempercepat proses pencairan PMN atau subsidi agar KAI dapat segera melunasi kewajibannya.
Proyek LRT Jabodebek sendiri merupakan proyek strategis nasional yang diharapkan dapat mengatasi masalah kemacetan di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, dan Bekasi. Namun, permasalahan utang piutang antara ADHI dan KAI ini menjadi batu sandungan yang dapat menghambat kelancaran operasional dan pengembangan proyek tersebut di masa depan.
Editor: Akbar soaks









Tinggalkan komentar