55 NEWS – Pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal I 2025 hanya mencapai 4,87% (yoy), angka terendah sejak kuartal III 2021. Data mengejutkan ini dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS), memicu pertanyaan besar tentang kesehatan ekonomi nasional. Apa yang sebenarnya terjadi?

Related Post
Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti, menjelaskan bahwa penurunan belanja pemerintah menjadi biang keladi pelemahan ekonomi. Belanja pemerintah mengalami kontraksi hingga 1,38% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Bandingkan dengan kuartal I 2024 yang mencatat pertumbuhan 5,11%, dan kuartal IV 2024 yang mencapai 5,02%. Ketiadaan agenda besar nasional seperti Pemilu, yang biasanya memicu lonjakan pengeluaran negara, menjadi faktor utama penyebabnya.

Meskipun konsumsi rumah tangga masih menjadi penopang utama dengan kontribusi 54,53% dan pertumbuhan 4,89% (didorong oleh libur panjang, Ramadan, dan Idul Fitri), namun pertumbuhannya tak cukup kuat untuk mengimbangi pelemahan sektor lain. Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) hanya tumbuh 2,12%, melambat dibandingkan periode sebelumnya.
Sektor ekspor menjadi satu-satunya penyelamat dengan pertumbuhan tertinggi 6,78%, didukung peningkatan ekspor nonmigas dan kunjungan wisatawan mancanegara. Namun, kontribusi positif ekspor tak mampu menutupi dampak negatif dari kontraksi belanja pemerintah. Justru, konsumsi pemerintah memberikan kontribusi negatif sebesar -0,08%, menunjukkan betapa lemahnya peran negara dalam mendorong pertumbuhan ekonomi di awal tahun ini.
PDB Indonesia pada kuartal I 2025 tercatat Rp5.665,9 triliun (harga berlaku) dan Rp3.264,5 triliun (harga konstan). Pertumbuhan ekonomi yang melambat ini menjadi sinyal peringatan bagi pemerintah untuk segera mengambil langkah strategis guna menggenjot kembali kinerja ekonomi nasional. Apakah pemerintah sudah memiliki strategi jitu untuk mengatasi masalah ini? Kita tunggu saja.
Editor: Akbar soaks
Tinggalkan komentar