55 NEWS – Bayangan krisis pangan global kembali menghantui. Harga beras di Jepang melonjak drastis hingga mencapai 3.892 yen per kilogram atau setara Rp86.156! Kenaikan fantastis ini mencapai 90% dalam lima bulan terakhir, memicu kekhawatiran di berbagai negara, termasuk Indonesia. Pelemahan yen dan dampak cuaca ekstrem menjadi biang keladi lonjakan harga di Negeri Sakura tersebut.

Related Post
Situasi ini mendorong pemerintah Indonesia untuk lebih waspada. Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Informasi Kementerian Pertanian (Kementan), Moch. Arief Cahyono, menegaskan komitmen pemerintah dalam menjaga stabilitas pasokan dan harga beras agar tetap terjangkau. Cadangan beras pemerintah (CBP) saat ini mencapai 2 juta ton dan diprediksi akan bertambah seiring panen raya di berbagai daerah.

"Pemerintah terus memastikan ketersediaan beras nasional tetap aman, terutama di tengah berbagai tantangan global seperti perubahan iklim. Kami terus mendorong peningkatan produksi dalam negeri guna menjaga ketahanan pangan nasional," tegas Arief.
Langkah-langkah strategis pun telah dan terus dilakukan. Swasembada pangan menjadi prioritas nasional, sejalan dengan upaya Kementerian Pertanian dalam meningkatkan kapasitas produksi beras melalui intensifikasi dan ekstensifikasi pertanian. Bantuan berupa pompa air saat El Nino, penyederhanaan distribusi pupuk bersubsidi, serta bantuan alat dan mesin pertanian (alsintan) dan benih unggul untuk petani telah direalisasikan.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan potensi peningkatan produksi beras nasional pada periode Januari-Maret 2025 mencapai 8,67 juta ton, meningkat signifikan 52,32 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2024. Pemerintah juga menjaga keseimbangan harga, menetapkan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) gabah Rp6.500 per kilogram dan Harga Eceran Tertinggi (HET) beras SPHP Rp12.500 per kilogram. Hal ini bertujuan untuk memberikan keuntungan yang layak bagi petani sekaligus memastikan beras tetap terjangkau bagi masyarakat.
Lonjakan harga beras di Jepang memaksa pemerintah setempat untuk mengevaluasi strategi ketahanan pangannya, termasuk mendorong pertanian berbasis komunitas. Indonesia, lanjut Arief, terus memperkuat transformasi menuju pertanian modern untuk mengurangi ketergantungan impor dan memastikan ketahanan pangan jangka panjang. "Keberhasilan ini akan lebih optimal jika mendapat dukungan penuh dari seluruh elemen masyarakat," tutup Arief. Pemerintah berharap langkah-langkah ini mampu mengamankan Indonesia dari ancaman krisis pangan global.
Editor: Akbar soaks
Tinggalkan komentar