55 NEWS – PT Pertamina (Persero) memberikan proyeksi yang kurang menggembirakan terkait kinerja keuangan perusahaan di tahun 2025. Raksasa energi nasional ini memperkirakan bahwa tahun depan akan menjadi periode yang penuh tantangan, bahkan berpotensi lebih berat dibandingkan tahun 2024.

Related Post
Direktur Keuangan Pertamina, Emma Sri Martini, mengungkapkan bahwa proyeksi ini didasarkan pada analisis mendalam terhadap berbagai parameter bisnis global. Menurutnya, harga minyak mentah Brent dan harga minyak mentah global (crude price) diperkirakan akan mengalami penurunan signifikan di tahun 2025.

"Jika kita melihat seluruh parameter global di 2025 dibandingkan dengan 2024, terjadi pelemahan di seluruh aspek, baik itu Brent, crude price, MOPS, semuanya melandai. Jadi, kami prediksikan akan terjadi pelandaian dibandingkan 2024," jelas Emma dalam konferensi pers terkait capaian kinerja Pertamina 2024 di Jakarta, Jumat (14/6/2024).
Tren penurunan harga minyak dunia ini diperkirakan akan terus berlanjut. Selain itu, bisnis hulu (upstream) Pertamina juga menghadapi tekanan yang dapat mempengaruhi kinerja perusahaan secara keseluruhan.
"Kita lihat bahwa ini tidak bisa dihindari dari sisi ICP (Indonesian Crude Price). Posisi year to date sekarang sudah berada di level USD70, dan per Mei sudah turun ke level USD62," imbuhnya.
Emma menekankan bahwa pelemahan harga minyak dapat berdampak serius pada investasi di sektor hulu migas jika tidak diimbangi dengan regulasi yang tepat. Volatilitas harga minyak mentah perlu dikelola dengan baik agar tidak menghambat produksi dan lifting.
"Ini yang harus kita mitigasi dengan baik. Di samping itu, investasi bisa terhambat kalau tidak ada regulasi yang menjadi terobosan secara fundamental. Kami akan koordinasikan hal ini secara serius dengan pemerintah, agar fluktuasi harga minyak tidak menghambat produksi dan lifting," tegasnya.
Pertamina akan fokus pada reformasi kerangka regulasi di sektor hulu dan migas. Langkah ini dianggap krusial untuk mendukung percepatan dan pencapaian target pemerintah, yaitu produksi 1 juta barel per hari pada tahun 2028.
Sebagai informasi tambahan, laporan keuangan Pertamina menunjukkan penurunan laba bersih sekitar 29% pada tahun 2024 dibandingkan tahun 2023. Laba bersih tahun 2023 tercatat sebesar USD4,44 miliar (sekitar Rp72,34 triliun), sementara pada tahun 2024 turun menjadi USD3,13 miliar (sekitar Rp49,54 triliun). Informasi ini dilansir dari 55tv.co.id.
Editor: Akbar soaks
Tinggalkan komentar