55 NEWS – Fenomena antrean panjang pembeli emas Antam sejak subuh hingga berjam-jam akhir-akhir ini bukan sekadar tren sesaat. Di balik euforia tersebut, tersimpan alasan kuat yang mendorong masyarakat berbondong-bondong memburu logam mulia ini. 55tv.co.id berhasil menggali informasi langsung dari para pembeli di Butik Emas Logam Mulia Antam, TB Simatupang, Jakarta Selatan, Jumat (11/4/2025). Hasilnya cukup mengejutkan.

Related Post
Bukan hanya sekadar mengikuti tren, para pembeli yang ditemui mengungkapkan alasan investasi yang lebih menggiurkan dibandingkan instrumen keuangan lainnya. Oki, salah satu pembeli, mengatakan ia memilih menambah portofolio asetnya dengan emas batangan karena melihat potensi keuntungan yang lebih besar dibandingkan menabung di bank konvensional. "Imbal baliknya lebih besar, kalau di bank konvensional bunganya kecil," tegasnya.

Sentimen yang sama diungkapkan Bambang. Menurutnya, ketidakstabilan ekonomi saat ini mendorongnya untuk memilih emas sebagai aset investasi yang relatif stabil. "Lihat kondisi pasar juga perkembangannya saat ini gak stabil, dan paling stabil ini emas. Makanya saya investasi di emas," ujarnya. Ia pun belum berencana menambah portofolio aset lain selain emas.
Sementara itu, Rina mengaku terpengaruh informasi yang beredar di media. Melihat antusiasme masyarakat dan pemberitaan mengenai kenaikan harga emas, ia pun tertarik untuk berinvestasi dalam bentuk emas batangan. "Saya lihat lagi viral banget orang beli emas, karena biasanya saya beli perhiasan. Terus pas saya lihat berita kok menarik ya, makanya coba untuk beli emas," tuturnya.
Dari ketiga kesaksian tersebut, terlihat jelas bahwa keputusan masyarakat untuk membeli emas bukan didorong oleh tren semata, melainkan pertimbangan investasi jangka panjang di tengah ketidakpastian ekonomi. Keuntungan yang lebih tinggi dan stabilitas harga emas menjadi daya tarik utama bagi mereka yang rela mengantre berjam-jam demi mendapatkan logam mulia tersebut. Fenomena ini menunjukkan bahwa emas masih menjadi primadona investasi di tengah gejolak ekonomi.
Editor: Akbar soaks
Tinggalkan komentar