55 NEWS – Penutupan gerai Lulu Hypermarket di Indonesia pada 10 April 2025 menyisakan pertanyaan besar, terutama terkait kekayaan pemiliknya, M.A. Yusuff Ali. Kisah suksesnya dari desa kecil di Kerala, India Selatan, hingga menjadi miliarder pemilik kerajaan ritel Lulu Group, kini menjadi sorotan. Bagaimana seorang pemuda yang merantau ke Abu Dhabi pada 1973 mampu membangun imperium bisnis hingga ke Indonesia?

Related Post
Ali memulai perjalanan bisnisnya dengan bergabung di usaha distribusi milik pamannya. Namun, keberaniannya mendirikan Lulu Hypermarket pertama di era Perang Teluk pada 1990-an menjadi tonggak kesuksesannya. Kejeliannya melihat peluang pasar dan ekspansi bisnis yang agresif membawanya menguasai pasar ritel di beberapa negara, termasuk UEA, Mesir, India, Indonesia, dan Malaysia.

Kekaisaran bisnisnya tak hanya berhenti di ritel. Yusuff Ali juga mengoleksi properti mewah, salah satunya rumah tepi laut seluas 60.000 kaki persegi. Kontribusinya dalam pembangunan Lulu Tech Park dan hotel Grand Hyatt semakin memperkuat posisinya sebagai konglomerat.
Berdasarkan data Forbes Real Time Billionaires, kekayaan Yusuff Ali mencapai USD 5,4 miliar atau sekitar Rp 89,45 triliun (kurs Rp 16.566 per dolar AS). Angka fantastis ini pernah menempatkannya di peringkat 39 orang terkaya di India dan 639 di dunia pada tahun 2025. Namun, penutupan Lulu Hypermarket di Indonesia menimbulkan pertanyaan: apa strategi bisnis selanjutnya dari miliarder ini? Apakah ini hanya bagian dari strategi bisnis jangka panjang atau ada faktor lain yang melatarbelakangi penutupan tersebut? Misteri di balik kekayaan dan keputusan bisnisnya masih menjadi perbincangan hangat di kalangan pelaku bisnis.
Editor: Akbar soaks
Tinggalkan komentar