55 NEWS – Kebijakan tarif impor terbaru Presiden AS Donald Trump menimbulkan gelombang ketakutan di pasar saham Indonesia. Para pelaku pasar cemas kebijakan ini akan membuat IHSG ambruk tajam saat perdagangan dibuka, bahkan berpotensi memicu trading halt. Ancaman ini bukan isapan jempol belaka, mengingat sentimen negatif yang sudah membayangi pasar sejak awal tahun. Informasi ini didapatkan dari 55tv.co.id.

Related Post
Namun, di balik kekhawatiran tersebut, ada pihak yang justru berharap terjadinya koreksi tajam bahkan trading halt. Direktur Reliance Sekuritas Indonesia, Reza Priyambada, mengungkapkan bahwa sebagian pelaku pasar justru berharap harga saham menjadi lebih murah untuk memungkinkan pembelian dalam jumlah besar.

"Di tengah kondisi yang rumit ini, mengapa banyak yang berharap ARB dan trading halt, alih-alih optimisme? Atau memang ada oknum yang sengaja berharap ARB untuk ‘menyerok’ saham di harga terendah?" ujar Reza dalam keterangannya, Senin (7/4/2025). Pernyataan ini tentu menimbulkan pertanyaan besar tentang strategi dan motif di balik harapan tersebut.
Sikap investor pun terbagi. Investor yang cenderung mengikuti arus (followers) akan panik dan cenderung menjual aset mereka, berpotensi merusak portofolio yang sudah tergerus sejak awal tahun. "Jangan panik berlebihan. Naik turunnya pasar saham dipengaruhi persepsi pelaku pasar terhadap sentimen yang ada," imbau Reza, memberikan saran bijak di tengah ketidakpastian.
Situasi ini menjadi tantangan tersendiri bagi investor. Di satu sisi, ancaman penurunan tajam IHSG membayangi. Di sisi lain, ada peluang bagi investor agresif untuk mengamankan posisi di harga rendah. Kemampuan membaca situasi pasar dan mengelola risiko menjadi kunci utama dalam menghadapi situasi ini. Kehati-hatian dan strategi investasi yang tepat sangat diperlukan untuk melewati periode volatilitas ini.
Editor: Akbar Soaks
Tinggalkan komentar