55 NEWS – Pemerintah mengalokasikan anggaran pendidikan terbesar sepanjang sejarah APBN tahun ini, termasuk suntikan dana Rp2 triliun untuk program ambisius pembangunan sekolah unggulan, sekolah rakyat, dan revitalisasi infrastruktur pendidikan. Langkah ini disambut positif sebagai wujud komitmen pemerintah terhadap peningkatan kualitas pendidikan nasional.
Related Post
Namun, Chief Economist Permata Bank, Josua Pardede, mengingatkan bahwa besarnya anggaran tidak serta merta menjamin efektivitas. Menurutnya, keberhasilan program ini sangat bergantung pada implementasi yang cermat, distribusi yang merata, dan kesesuaian dengan kebutuhan riil di lapangan.
"Secara nominal, anggaran ini mungkin terlihat signifikan, namun efektivitasnya akan sangat bergantung pada skala implementasi, distribusi geografis, serta kebutuhan riil di lapangan," ujar Josua kepada 55tv.co.id, Sabtu (14/6/2025).
Josua menekankan pentingnya pengawasan ketat terhadap pelaksanaan proyek, akuntabilitas kontraktor, serta ketepatan sasaran geografis dan sosial. Ia menyoroti bahwa pengalaman masa lalu menunjukkan efektivitas belanja pendidikan seringkali terhambat oleh keterlambatan proyek, koordinasi yang buruk antara pemerintah pusat dan daerah, serta kualitas konstruksi yang rendah. Hal ini dapat menggagalkan tujuan awal dari alokasi anggaran yang besar tersebut.
Presiden Prabowo sebelumnya telah menyampaikan bahwa alokasi anggaran pendidikan dalam APBN tahun ini adalah yang terbesar, mencerminkan komitmen pemerintah yang kuat terhadap sektor pendidikan. Namun, Josua menegaskan bahwa optimalisasi belanja pendidikan tidak semata-mata dinilai dari besaran nominal anggaran, melainkan dari bagaimana anggaran tersebut dikelola dan diimplementasikan secara efektif dan efisien.
Editor: Akbar soaks
Tinggalkan komentar