55 NEWS – Gempa PHK kembali mengguncang dunia bisnis global. PwC, raksasa kantor akuntan publik dunia, mengumumkan pemutusan hubungan kerja (PHK) massal terhadap 1.500 karyawannya di Amerika Serikat. Angka ini cukup mengejutkan, mengingat jumlah tersebut mewakili sekitar 2% dari total karyawan PwC di Negeri Paman Sam. Kabar mengejutkan ini tentu saja menimbulkan pertanyaan besar: apa yang sebenarnya terjadi di balik layar perusahaan raksasa tersebut?

Related Post
Informasi yang dihimpun 55tv.co.id dari Reuters pada Selasa (6/5/2025) menyebutkan bahwa PwC yang mempekerjakan lebih dari 75.000 karyawan di AS, terpaksa mengambil langkah sulit ini. Juru bicara PwC menyatakan bahwa keputusan PHK ini diambil setelah melalui pertimbangan yang matang dan penuh perhitungan atas dampaknya terhadap karyawan. Pernyataan resmi tersebut menyebutkan bahwa rendahnya tingkat penurunan karyawan selama beberapa tahun terakhir memaksa perusahaan untuk melakukan efisiensi, termasuk dengan mengurangi jumlah tenaga kerja.

Namun, pernyataan resmi tersebut masih terkesan samar. Analisis lebih dalam diperlukan untuk memahami akar permasalahan yang sebenarnya. Mengingat sebelumnya, Reuters juga melaporkan rencana PwC untuk memangkas hingga separuh staf audit jasa keuangannya di China. Hal ini terkait dengan penyelidikan regulasi dan penurunan jumlah klien yang berdampak negatif pada prospek bisnis perusahaan. Apakah situasi serupa juga terjadi di AS? Atau adakah faktor lain yang belum terungkap?
PHK massal ini menjadi sinyal peringatan bagi sektor jasa profesional, khususnya di industri akuntansi. Perubahan lanskap bisnis global, tekanan regulasi, dan persaingan yang semakin ketat, tampaknya memaksa perusahaan-perusahaan besar untuk melakukan penyesuaian yang drastis, termasuk dengan memangkas biaya operasional melalui pengurangan jumlah karyawan. Ke depan, kita perlu mencermati perkembangan selanjutnya dan dampak PHK ini terhadap industri akuntansi global.
Editor: Akbar soaks
Tinggalkan komentar