55 NEWS – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, melakukan pertemuan krusial dengan Duta Besar Amerika Serikat (AS) untuk Indonesia, Kamala S Lakhdhir. Pertemuan tersebut membahas isu panas tarif impor AS yang mencapai 32% dan mulai berlaku hari ini, mengancam keseimbangan perdagangan bilateral. Namun, Indonesia memilih jalur diplomasi, bukan retaliasi, untuk menghadapi kebijakan kontroversial tersebut.
Related Post
Airlangga menegaskan komitmen Indonesia untuk menyelesaikan masalah ini melalui negosiasi, sejalan dengan langkah negara-negara ASEAN lainnya. Strategi utama yang diusung adalah revitalisasi Indonesia-US Trade and Investment Framework Agreement (TIFA) yang telah berjalan sejak 1996. Langkah ini diharapkan dapat menjadi landasan untuk mencapai kesepakatan yang saling menguntungkan.
Dalam pertemuan tersebut, Airlangga memaparkan sejumlah langkah strategis. Indonesia akan fokus pada deregulasi hambatan non-tarif (NTMs), termasuk pelonggaran Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) di sektor ICT untuk perusahaan-perusahaan AS seperti GE, Apple, Oracle, dan Microsoft. Evaluasi terhadap kebijakan pembatasan dan larangan impor (Lartas) serta percepatan sertifikasi halal juga menjadi bagian dari strategi tersebut.
Upaya menyeimbangkan neraca perdagangan juga menjadi fokus utama. Pemerintah Indonesia berencana menyiapkan insentif fiskal dan non-fiskal untuk mendorong impor produk AS, sekaligus menjaga daya saing ekspor Indonesia. Hal ini dilakukan dengan tetap memprioritaskan kepentingan nasional.
Dubes Kamala menyambut baik inisiatif Indonesia dan menyatakan komitmen Kedutaan Besar AS di Jakarta untuk memfasilitasi proses negosiasi. Ia mengakui bahwa banyak negara lain juga tengah berupaya bernegosiasi dengan AS terkait kebijakan tarif Presiden Trump. Pertemuan ini menjadi sinyal kuat bahwa Indonesia siap menghadapi tantangan dan berupaya mencari solusi terbaik dalam menjaga hubungan ekonomi bilateral yang strategis dengan Amerika Serikat. Keberhasilan negosiasi ini akan sangat menentukan masa depan perdagangan kedua negara.
Editor: Akbar soaks
Tinggalkan komentar